Kata Bule Di Jakarta: Jakarta Seperti Supermarket Cewek
John –begitu saja ia dipanggil, di
negerinya jarang dilirik oleh wanita-wanita. Namun menjadi pria kulit putih
alias bule, ia baru menyadari keuntungan yang diperolehnya. Ia menemukan
dirinya jadi pusat perhatian wanita-wanita di Jakarta.
“Jakarta seperti supermarket besar
yang menyediakan banyak wanita. Saya tinggal berjalan saja, mereka akan melirik
atau tersenyum pada saya. Jika sudah terjadi kontak mata, saya tinggal
melakukan pendekatan dan saya tidak pernah menemukan kesulitan,” kata John
seorang ekspat pada sebuah perusahaan multi nasional.
Keuntungannya sebagai bule ini
memang benar-benar ia manfaatkan john sebagai daya tarik mendapatkan buruannya.
Ia sering mendatangi tempat-tempat hiburan malam untuk pria-pria yang
membutuhkan kehangatan cinta sesaat. Ia kerap mendatangi klub-klub malam yang
ada di sebelah barat Jakarta. John tidak pernah mendapatkan kesulitan baik
pelayanan dari sang mami atau gadis yang dikencaninya.
John juga tidak masalah
mengeluarkan uang kurang lebih ratusan ribu rupiah untuk berkencan dengan
seorang gadis. Apalagi layanan yang prima dari mami membuatnya tidak
terburu-buru mendapatkan seorang gadis.
Bila tidak cocok dengan seorang
gadis yang disodorkan oleh mami, ia bisa meminta untuk menggantinya dengan
gadis yang lain. Sejauh ini John sangat senang berada di tempat-tempat itu.
“Gadis-gadisnya menyenangkan,
mereka mengerti bagaimana memperlakukan saya. Dan kamar di dalam tempat-tempat
itu tidak mengecewakan.
Ada hotel yang lengkap dengan spa
dan massagenya, bagus sekali. Harga gadisnya standar saja seperti di tempat
lainnya.
Namun kamarnya melebihi yang saya
bayangkan. Sebuah hotel berbintang tiga namun memiliki kamar senyaman hotel
berbintang lima. Sangat menyenangkan!
Ditambah lagi banyak cermin
dimana-mana, kita bisa melihat diri sendiri ketika beraksi,” ungkap John.
Kata John, ia mendapatkan gadis
untuk dikencani dari panti pijat yang ada di hotel tersebut. Untuk kencan
selama satu jam, ia sudah mengetahui harga standar
seperti di tempat lain. Namun ia
agak menjauhi arena striptease dan karaoke di hotel itu. Bukan karena
gadis-gadisnya tidak menarik. Namun karena harga yang ditawarkan sangat tinggi
padahal kualitasnya sama saja. Iapun pernah menyambangi
sebuah agensi modeling di kawasan
Jakarta Pusat. Ia mendapatkan rekomendasi tempat itu dari seorang temannya.
Namun tidak sembarangan orang yang dapat memasuki tempat ini, apalagi
mendapatkan teman kencan.
Tanpa rekomendasi dari seseorang
yang sudah dikenal di agensi ini, tidak akan pernah mendapatkan teman
kencan/Rekomendasi itu berguna untuk mendapatkan akses hingga ke dalam.
“Memang begitu ia pasti sedang
menelepon orang yang saya sebutkan tadi. Bisnis lain tempat ini sangat rahasia.
Meskipun kita menyebut nama
orang yang mempromosikan tempat
ini, mereka tidak akan langsung percaya,” jelas John sambil senyum.
Jadi dibutuhkan verifikasi juga
untuk mendapatkan teman kencan dari tempat ini. Biasanya seseorang yang
bertindak sebagai GM akan mencatat alamat dan nomor telepon. Kemudian akan
menyiapkan gadis kencan pilihan dan mengirimkannya ke pemesan. Harga yang
dipatok disini sudah jutaan rupiah. Bagi John uangnya yang sudah dikonversikan
ke rupiah menjadi banyak.
Sebelum menjajaki agensi modeling
ini, John pernah mencari tempat yang sama. Menurut informasi yang ia dapat
harga untuk sekali kencan sama dengan agensi modeling ini. Namun kualitas teman
kencannya kelas A. Para gadis yang ada memiliki wawasan sangat luas, mampu
berbahasa Inggris dengan baik. Sehingga bila diajak keliling kota, mereka
seperti seorang sekretaris pribadi dibandingkan teman kencan. Konon kabarnya,
gadis-gadis ini sering dijadikan ‘hadiah’ untuk petinggi-petinggi di negara
ini. Sayangnya kata John, ia belum berhasil menemukan tempat yang katanya
berada di kawasan perniagaan di selatan Jakarta.
Sumber: MAX Magazine