Mau SPG atau Mahasiswi?

Berburu Kenikmatan di Manado, Mau SPG atau Mahasiswi? Rp 1 Juta Tak Bisa Ditawar
Berburu Kenikmatan di Manado, Mau SPG atau Mahasiswi? Rp 1 Juta Tak Bisa Ditawar
Yang ini bukan kelas pinggiran, karena perempuan-perempuan itu memilih lembaran dengan angka lebih besar dalam bentuk cash maupun transfer antar-rekening.
Mahal. Demikian para pria pemburu nikmat sesaat mengeluarkan 'umpatan' kala bertransaksi dengan perempuan penghibur di Manado. Sejuta rupiah tanpa bisa ditawar.
Itulah yang dipromosikan Papi atau Mami--mungkin banyak orang lebih memilih menyebutnya germo-- kepada calon konsumennya. Jika harga sepakat, maka 'anak buah' Papi atau Mami itu datang.
Cukup tiduran di hotel, menunggu perempuan cantik berpoles make up tebal, berpakain seksi dan menebar bau wangi, datang ke kamar.
Tidak serta merta langsung menuju kamar, karena si pengantar harus konfirmasi ke hotel untuk memastikan keberadaan si tamu pemesan.
Seperti malam itu, sebuah mobil berhenti tak jauh dari lobi sebuah hotel berbintang di Manado.
Turunlah dua orang, satu perempuan dengan perawakan agak gemuk, berkacamata bening dengan rambut ikal bersama wanita bertubuh tinggi dengan pakaian seksi.
Tak berapa lama, laki- laki, si sopir mobil menyusul usai parkir.
Si sopir menunggu di lobi, sementara dua perempuan itu menuju lift, lalu naik ke lantai kamar pemesan, setelah memastikan tamu benar-benar berada di kamarnya.
Sekitar tujuh menit, hanya perempuan paruh baya yang kembali ke lobi, sementara perempuan berbadan tinggi dengan pakaian seksi itu tak lagi bersama.
Sopir dan boleh jadi si Mami itu lalu meninggalkan hotel.
Di Manado dan di kota-kota besar lainnya, begitu mudah mendapatkan layanan demikian. Apalagi kini ditopang alat komunikasi superkilat.
Dengan mudah bisa menemukan nomor telepon yang bisa dihubungi. On call 24 jam. Mau siang, sore, malam hingga dini hari tetap dilayani.
"Mau yang SPG atau mahasiswi," demikian promosi seorang laki-laki dari balik telepon genggamnya.
"Satu juta, tidak bisa kurang," tegasnya.
Tak sulit membuktikan apakah perempuan yang dipesan itu benar-benar mahasiswi atau sehari- hari bekerja sebagai sales promotion girls atau SPG.
Ajak bicara tentang kampus, tentang produk, bukti foto di ponsel atau bahkan bila perlu kartu mahasiswa.
Seperti perempuan bernama Cantik--sebut saja namanya demikian-- yang dengan terbuka bercerita bahwa dia tercatat sebagai lulusan Fakultas Ekonomi di sebuah perguruan tinggi di Manado.
Dia pun berani mengisahkan nama-nama besar di kampus dan pengalaman kuliah. Kini dia menjadi sales promotion girls perusahaan property ternama.
Semua ceritanya jelas dimaksudkan untuk meyakinkan kepada 'pasangan dadakan' itu bahwa dirinya wanita berkelas.
Malam itu dia mengenakan rok mini dipadu baju bordir tipis motif bunga.
Di tangannya tertenteng tas cukup besar warna cokelat. Menyapa dengan manis kala bersua di sebuah kawasan bisnis ternama di Manado.
Nomor ponsel dia tersebar di kalangan pria malam. Namun untuk bertemu dia di tempat terbuka agak rumit karena dia ingin memastikan orang yang telah mengontaknya benar-benar ada dan dalam keadaan aman.
"Saya tidak mau bertemu di tempat ramai. Kamu di mana dan pakai baju apa?" tanya dia dari seberang telepon.
Di tangannya tertenteng tas cukup besar warna cokelat. Menyapa dengan manis kala bersua di sebuah kawasan bisnis ternama di Manado.
Nomor ponsel dia tersebar di kalangan pria malam. Namun untuk bertemu dia di tempat terbuka agak rumit karena dia ingin memastikan orang yang telah mengontaknya benar-benar ada dan dalam keadaan aman.
"Saya tidak mau bertemu di tempat ramai. Kamu di mana dan pakai baju apa?" tanya dia dari seberang telepon.
Sumber: Tribunnews

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »